Postingan

Keutamaan kalimat thayyibah

Kalimat thayyibah - laa ilaaha illallaah (tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah) mengandung cahaya dan kegembiraan seperti dinyatakan dalam beberapa hadits. Hafizh Ibnu Hajar rah.a. dalam kitabnya Almunabbihat bahwa Abu Bakar Shidiq r.a. berkata, “ Kegelapan ada lima macam dan lampu penerang baginyapun ada lima macam:   Cinta dunia adalah gelap dan lampunya adalah takwa   Perbuatan maksiat adalah gelap dan lampunya adalah taubat   Kubur adalah gelap dan lampunya adalah ’laa ilaaha illallaah’   Akhirat adalah gelap dan lampunya adalah amal-amal saleh   Jembatan shirat adalah gelap dan lampunya adalah yakin.”  Hadits pertama dari Jabir r.a., Rasulullah saw. bersabda, “ Dzikir yang paling utama adalah laa ilaaha illallaah dan doa yang paling utama adalah alhamdulillaah.” (Hr. Tarmidzi-Misykat)  Hadits ini dengan jelas menyatakan bahwa dzikir yang paling mulia adalah laa ilaaha illallaah. Sebagaimana disebutkan juga pada beberapa hadits yang lain, bahwa sumber dari seti

Silaturahmi

Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. bahwa tiga perkara berikut ini benar adanya: Barangsiapa yang dizhalimi kemudian ia memaafkan, maka kemuliaannya akan bertambah.  Barangsiapa yang meminta-minta untuk meningkatkan hartanya, maka akan berkurang  hartanya.  Barangsiapa yang membuka pintu pemberian dan silaturahmi, maka hartanya akan bertambah. ( Durrul-Mants û r )                 Anas r.a. berkata, “ Pada hari kiamat, ada tiga macam orang yang berada dibawah naungan ‘Arsy Ar-Ra h m â n: Orang yang bersilaturahmi, bahkan ketika di dunia umurnya akan dipanjangkan, rezekinya akan dilapangkan, dan kuburnya akan diluaskan Wanita yng ditinggal mati suaminya dan ia tidak menikah karena memelihara anak-anaknya yang masih kecil hingga menginjak dewasa, supaya tidak timbul kesulitan dalam merawat dan memelihara mereka.  Orang yang menyiapkan makanan kemudian mengundang anak-anak yatim dan orang-orang miskin.                      Hasan r.a. meriwayatkan

Kisah Abdullah bin Amir bin Kuraiz r.a.

Pada suatu hari (kemungkinan besar pada waktu malam). Abdullah bin Amir bin Kuraiz r.a., saudara sepupu Ustman r.a. keluar dari dalam masjid untuk pulang ke rumahnya sendirian. Di perjalanan, ia bertemu dengan seorang pemuda. Lalu pemuda itu berjalan bersamanya. Abdullah bin Amir r.a. bertanya, ”Apakah engkau ingin mengutarakan sesuatu?” Pemuda itu menjawab, ”Saya berharap agar engkau selamat sampai tujuan. Saya lihat engkau berjalan sendirian pada saat-saat seperti ini. Saya khawatir akan terjadi suatu bencana yang menimpamu dalam keadaan sendiri seperti ini. Karena itu, saya berjalan bersama engkau untuk menjaga keselamatanmu, kalau-kalau di jalan nanti ada kejadian yang tidak menyenangkan hati.” Abdullah bin Amir r.a. memegang lengan pemuda itu dan membawanya ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia memberi pemuda itu seribu dinar sambil berkata, “Gunakanlah untuk keperluan-keperluanmu. Sesungguhnya orang tuamu telah mendidikmu dengan baik.” (Ihyâ”). (Dikutip dari  Kitab Fadhilah Sed

Kisah kedermawanan Aisyah r.ha.

Pada suatu ketika, Munkadir rah.a. datang kepada Aisyah r.ha. untuk mengatakan keperluannya yang sangat mendesak, yakni untuk meminta bantuan dalam masalah keuangan. Aisyah r.ha. berkata, “Maaf, pada saat ini saya tidak mempunyai apa-apa. Seandainya saya mempunyai sepuluh ribu dirham, semuanya tentu akan saya berikan kepadamu. Akan tetapi sekarang saya tidak mempunyai apa-apa.” Kemudian Munkadir rah.a. pulang. Tetapi tidak lama kemudian datanglah Khalid bin Asad r.a. memberi hadiah sepuluh ribu dinar atau dirham kepada Aisyah r.ha. Aisayh r.ha. berkata, “Saya sedang diuji dengan ucapan saya kepada Mukadir.” Kemudian ia segera mengirimkan seluruh uang yang diterimanya itu kepada Mukadir rah.a.. Dengan seribu dirham uang pemberian Aisyah r.ha. itu, Munkadir r.ha. membeli seorang hamba sahaya perempuan yang kemudian dinikahinya. Dari pernikahannya ia mendapatkan tiga orang anak, yakni Muhammad, Abu Bakar dan Umar. Ketiga orang tersebut terkenal keshalihannya di kota Madinah Munawwarah.

Kisah Abdullah bin Abbas r.a.

Suatu ketika, beberapa orang Qâri’(hafizh-hafizh Al-Qur’an) dari Bashrah datang kepada Abdullah bin Abbas r.a., dan mereka berkata, “Tetangga kami adalah orang yang shalih. Ia banyak berpuasa dan selalu sibuk mengerjakan shalat Tahajjud. Melihat ibadahnya, setiap orang diantara kami merasa iri dan berangan-angan dapat beribadah seperti yang dilakukannya. Ia telah menikahkan putrinya dengan keponakannya, akan tetapi ia tidak mempunyai biaya untuk keperluan walimahnya.” Kemudian Ibnu Abbas r.a. membawa orang-orang itu ke rumahnya. Ia membuka sebuah kotak dan mengeluarkan dari dalamnya enam kantong uang untuk diberikan kepada orang-orang itu agar disampaikan kepada orang miskin ahli ibadah tersebut. Ketika orang-orang itu hendak pergi dengan membawa enam kantong berisi uang tersebut, Ibnu Abbas r.a. berkata kepada mereka, “Tunggu. Saya kira, ini bukanlah cara yang baik untuk menolongnya. Apabila kita memberikan uang ini kepadanya, ia akan sibuk mempersiapkan pernikahan sehingga banyak w

Puasa sebagai perisai

Dari Abu Ubaidah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Puasa adalah sebag ai perisai selagi dia tidak memecahkan perisai itu”. (HR Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khazaimah, Hakim) Maksudnya adalah dengan orang berpuasa akan dilindungi oleh puasanya dari gangguan musuhnya yaitu setan; atau menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan melindunginya dari api neraka. Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. , “Apakah yang menyebabkan puasa itu batal (rusak)?. Kemudian Rasulullah saw. menjawab,”Berkata dusta dan mengumpat”. Menurut para Ulama, ada enam hal yang harus dijaga ketika berpuasa yaitu, Pertama, menjaga pandangan dari melihat hal-hal yang dilarang. Dan juga hendaknya menghindarkan pandangan dari melihat hal-hal yang melalaikan. Rasulullah saw. bersabda, “Pandangan adalah satu anak panah dari panah-panah syetan. Barangsiapa takut kepada Allah, hindarilah melihat maksiat. Maka Allah mengaruniakan kepadanya cahaya iman yang kemanisan dan kelezatannya aka

Pahala Sahur

Hadits dari Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah beserta para malaikatNya mengirimkan rahmat kepada orang-orang yang makan sahur”. Allah Swt. telah memberikan nikmat yang sungguh besar kepada kita dengan keberkahan puasa sehingga makan sahur (makan sebelum fajar untuk berpuasa) pun dijadikanNya sebagai sesuatu yang berpahala, dan orang-orang Islam yang mengerjakannya akan diberikan ganjaran. Banyak hadits yang menerangkan tentang keutamaan makan sahur ini. Orang banyak yang luput dari keutamaan yang dikaruniakan Allah ini karena malas mengerjakan makan sahur. Atau ada yang sengaja makan setelah shalat tarawih dan menganggapnya sebagai pengganti makan sahur, kemudian tidur sehingga kehilangan pahala makan sahur yang sebenarnya. Menurut bahasa sahur adalah memakan makanan menjelang fajar. Sebagian ulama berpendapat bahwa waktu sahur dimulai sejak tengah malam. Rasulullah saw. bersabda, “Bersahurlah karena di dalamnya terdapat keberkahan yang