Puasa sebagai perisai


Dari Abu Ubaidah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw.bersabda, “Puasa adalah sebag ai perisai selagi dia tidak memecahkan perisai itu”. (HR Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khazaimah, Hakim)
Maksudnya adalah dengan orang berpuasa akan dilindungi oleh puasanya dari gangguan musuhnya yaitu setan; atau menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan melindunginya dari api neraka.
Ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah saw., “Apakah yang menyebabkan puasa itu batal (rusak)?. Kemudian Rasulullah saw. menjawab,”Berkata dusta dan mengumpat”. Menurut para Ulama, ada enam hal yang harus dijaga ketika berpuasa yaitu,
Pertama, menjaga pandangan dari melihat hal-hal yang dilarang. Dan juga hendaknya menghindarkan pandangan dari melihat hal-hal yang melalaikan. Rasulullah saw. bersabda, “Pandangan adalah satu anak panah dari panah-panah syetan. Barangsiapa takut kepada Allah, hindarilah melihat maksiat. Maka Allah mengaruniakan kepadanya cahaya iman yang kemanisan dan kelezatannya akan terasa di hati”.
Kedua, menjaga lidah dari dusta, perkataan yang sia-sia, mengumpat, perkataan kotor, menipu bertengkar dan perbuatan buruk lainnya. Dalam Sahih Bukhari, ada sebuah riwayat yang menyebutkkan bahwa puasa adalah perisai bagi manusia. Oleh karena itu apabila ada orang yang mengajak bertengkar katakan saja,”Saya sedang berpuasa”. Tetapi apabila orang itu tidak juga mau mengerti maka hendaknya kita berusaha meyakinkan hati kita bahwa,”Saya sedang berpuasa” karenanya tidak pantas bagi saya untuk menjawab perkataan orang yang sia-sia itu.
Ketiga, menjaga telinga dari mendengarkan hal-hal yang makruh. Maksudnya yaitu perkataan yang tidak boleh diucapkanoleh mulutnya, maka mendengarnyapun tidak boleh.
Keempat, menjaga tubuh kita dari hal-hal yang haram. Tangan jangan menyentuhnya, kaki jangan melangkah kearahnya. Juga bagian-bagian tubuh yang lain. Perut dijaga agar tidak diisi dengan makanan dan minuman yang haram atau yang meragukan (syubhat).
Kelima, jangan berbuka terlalu kenyang walaupun dengan makanan yang halal. Karena tujuan puasa adalah untuk mengurangi kekuatan nafsu syahwat dan kekuatan dorongan nafsu hewaniyah serta meningkatkan kekuatan iman (nuraniyah) dan ketaatan (malakiyah).
Apabila ketika berpuasa kita berbuka dan bersahur berlebihan maka sebenarnya bertentangan dengan semangat Ramadhan dan tujuan berpuasa.
Keenam, untuk menjaga puasa dari kekurangan-kekurangannya, maka hendaknya setelah berpuasa selalu merasa khawatir apakah puasanya akan diterima oleh Allah Swt.  atau tidak, sehingga orang yang berpuasa selalu berusaha terus menerus untuk memperbaikinya.
 (Disarikan dari Kitab Fadhail A’mal, Fadhilah Ramadhan, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandhalawi rah.a)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Silaturahmi

Pahala Sahur

Keutamaan kalimat thayyibah